Saat ini menurutku keluargaku masih dalam masa pemulihan dari kedukaan, sudah banyak sekali hal-hal yang kembali berjalan baik setelah sekitar 3 bulan papi pindah ke rumah yang damai, tanpa duka, dalam rengkuhan Bapa yang abadi. Bagi diriku sendiri terlihat kekuatan dan penghiburan yang diberikan Tuhan kepadaku, mulai detik-detik sore itu sampai sekarang aku memperhatikan, sebenarnya tiada kesedihan dalam diriku, hanya sukacita, memang aku menangis, tapi saat itu dalam tangisan itu aku merasakan sukacita yang luar biasa bahwa papi sudah bersama Yesus.
Sewaktu di rumah sakit, aku bertanya kepada pembinaku di gereja, ‘apakah kalau aku nggak kelihatan sedih, orang bakal mikir aku anak yang nggak deket sama orang tua dan kurang mengasihi?’ dan dia menjawab ‘sulit untuk memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita, yang penting bagaimana kita di hadapan Tuhan’. Saat-saat itu memang banyak hal yang seharusnya aku lakukan buat papi, lebih menghormatinya, menuruti perintahnya, dan bisa saja aku kecewa karena kurang menghormatinya dalam hidupnya, atau membahagiakannya secara materi ketika aku besar nanti, namun Tuhan menegur, bahwa tiada satupun yang perlu di-kecewai, kalau aku kurang hormat terhadap papi itu sekarang urusanku dengan Tuhan, itu adalah kesalahanku di hadapan Tuhan, karena Tuhan memerintahkan untuk menghormati orang tua, sementara aku belum sepenuhnya melakukan hal itu, dan kesempatannya sudah habis, dan aku harus mohon ampun pada Tuhan.
Memang rasa kehilangan itu masih ada, namun Tuhan yang mengerti jauh lebih daripada yang kita pernah berani bayangkan atau pikirkan mengatakan ‘cukup Ngga, waktumu bersama papimu’. Oke Tuhan, aku sekarang mohon ampun bila selama hidupnya aku kurang taat padanya, kadang ngeyel, kurang ajar, dan lain sebagainya. Bagiku papi adalah pribadi ayah yang luar biasa, dia belum pernah melihat sosok ayah dalam hidupnya, ayah papi (engkongku) meninggal ketika papi di dalam kandungan emakku, namun dia menjadi ayah yang sangat luar biasa bagiku dan cicik (berarti tanpa meladani/mencontoh bagaimana figure ayah itu dari ayahnya).
Bulan-bulan itu jika dilihat secara manusia merupakan bulan-bulan penuh duka, sekitar bulan Oktober 2010 aku kehilangan emakku dari papi, Maret 2011 aku kehilangan emakku dari mami, April 2011 aku kehilangan papiku, dan Mei 2011 aku kehilangan om-ku. Rasanya mau mengatakan ‘gila Tuhan! 3 bulan berturut-turut?’ tapi setelah itu terlihat kekuatan dari Tuhan, ‘gila Tuhan! 3 bulan kekuatan dariMu melimpah buat aku’.
Masa-masa ini, dalam pemulihan kedukaan ini, aku sering berpikir, bagaimana dengan mereka, orang-orang yang belum percaya, oke sih kalo aku dalam masa duka seperti itu dilengkapi dengan kekuatan dari Tuhan, tapi bagaimana mereka? Karena seburuk apapun menimpa kita, anugerah terbesar dalam hidup ini tidak akan hilang, yaitu keselamatan, dan status kita sebagai yang ‘diselamatkan’ tidak bisa berubah menjadi ‘tidak diselamatkan’. Betapa bakal goyah hidup mereka, karena tidak ada jaminan yang pasti dalam hidupnya, sepanjang hidupnyapun tak terjamin, ditambah lagi akhir hidupnya yang tak terjamin oleh keselamatan. Berita baik keselamatan itu sudah disiarkan di mana-mana, banyak semua orang pernah mendengar Yesus, tapi berapa banyak yang menerima Yesus? Kemarin waktu KAMBIUM diingatkan kembali tentang Amanat Agung Yesus, untuk memberitakan injilnya ke seluruh muka bumi, sampai ke ujung bumi (padahal bumi ga ada ujungnya, berarti nggak brenti2… he3… muter terus sampe ketemu ujungnya…).
Waktu aku lihat diriku sendiri, apakah aku sudah melakukan Amanat Agung itu? Setelah benar-benar aku pikir, aku belum pernah berusaha keras untuk hal itu, memang pernah berusaha, tapi ternyata masih kebanyakan basa-basi, sementara aku sering mendengar cerita orang yang begitu berani, bahkan siapapun yang ia temui ia ceritakan tentang Yesus dan karyaNya buat dunia.
Buat saya hal itu masih sangat sulit saya lakukan, tapi paling tidak ayo kita benar-benar menjadi duta Tuhan di dunia ini, memancarkan keindahanNya, membiarkan Tuhan menampakkan diriNya lewat kita, teringat sebuah ilustrasi dari Jawaban.com >>
------------------------------------------------------------------------
Suatu saat seorang anak laki-laki kecil ingin sekali bertemu dengan Tuhan. Dia tahu itu adalah perjalanan yang panjang untuk bisa pergi ke rumah Tuhan, jadi dia berkemas memasukkan ke dalam tasnya kue dan enam kaleng minuman ringan, kemudian dia memulai perjalanannya.
Ketika dia sudah berjalan sekitar tiga blok, dia bertemu dengan seorang wanita tua. Wanita tua itu duduk di taman sambil menatap beberapa merpati di sana. Anak laki-laki kemudian duduk disampingnya dan membuka tasnya. Dia hendak mengambil minuman ringan untuk minum, ketika melirik ke arah wanita itu, dia melihat wanita itu terlihat lapar jadi anak itu menawarkan kuenya. Wanita itu sangat berterima kasih dan tersenyum padanya. Senyumannya sangat cantik sehingga anak itu ingin melihatnya lagi, jadi ia menawarkan minuman ringan kepadanya. Sekali lagi ia tersenyum dan anak itu sangat senang. Mereka duduk di taman itu sepanjang siang, makan dan tersenyum, tapi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Saat hari mulai gelap, anak itu menyadari betapa lelah dirinya dan ia bangkit untuk pulang, tapi baru beberapa langkah ia berbalik dan lari kembali kepada wanita tua itu serta memeluknya. Wanita itu memberinya sebuah senyum terbesar yang pernah ada. Ketika anak laki-laki itu sampai di rumah, ibunya terkejut dengan sukacita yang terpancar dari wajah anak itu.
Ibunya bertanya, “Apa yang kamu lakukan hari ini sehingga membuat kamu begitu senang?”
Dia menjawab, “Saya makan siang dengan Tuhan.” Dan sebelum ibunya bertanya lagi, dia menambahkan, “Ibu tahu? Dia punya senyuman terindah dari semua yang pernah saya lihat.”
Sementara itu, wanita tua itu juga terkena dampak sukacita dari anak tersebut, ketika dia pulang ke rumahnya anaknya terkejut melihat kedamaian dan sukacita yang terpancar di wajahnya.
“Ibu, apa yang kamu lakukan hari ini yang membuatmu begitu bahagia?”
Jawabnya, “Saya makan kue di taman bersama Tuhan.” Tetapi sebelum anaknya merespon atas pernyataannya tersebut ia menambahkan, “Kamu tahu, dia jauh lebih muda dari yang saya harapkan.”
------------------------------------------------------------------------
Salah satu pengalamanku ketika sore hampir malam hari aku berangkat ke gereja, aku melihat seorang tetanggaku berpakaian mau ke masjid untuk sholat maghrib, terlihat berjalan tergesa-gesa, mungkin karena waktunya sudah mepet, telintas di pikiran untuk menawarinya berangkat bersama, karena aku yang tidak rugi apapun, karena jalannya juga seaarah, tapi beda tujuan, yang satu ke masjid, yang satu ke gereja. Tapi pikiran ‘agak nyleneh’ itu nggak jadi terlaksana. Tapi entahlah apa yang saat itu sebenarnya mau aku lakukan benar atau tidak, tapi pikirku aku mencoba melakukan kebaikan kepada semua orang, seperti yang diajarkan Tuhan, sehingga aku bisa menjadi saksiNya.
Demikian sharring saia, semoga memberkati, maaf kalo muter2, dari penghiburan dalam kedukaan ke amanat agung… ha3…
-Apolos Anggara Sindhunata-
Sewaktu di rumah sakit, aku bertanya kepada pembinaku di gereja, ‘apakah kalau aku nggak kelihatan sedih, orang bakal mikir aku anak yang nggak deket sama orang tua dan kurang mengasihi?’ dan dia menjawab ‘sulit untuk memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita, yang penting bagaimana kita di hadapan Tuhan’. Saat-saat itu memang banyak hal yang seharusnya aku lakukan buat papi, lebih menghormatinya, menuruti perintahnya, dan bisa saja aku kecewa karena kurang menghormatinya dalam hidupnya, atau membahagiakannya secara materi ketika aku besar nanti, namun Tuhan menegur, bahwa tiada satupun yang perlu di-kecewai, kalau aku kurang hormat terhadap papi itu sekarang urusanku dengan Tuhan, itu adalah kesalahanku di hadapan Tuhan, karena Tuhan memerintahkan untuk menghormati orang tua, sementara aku belum sepenuhnya melakukan hal itu, dan kesempatannya sudah habis, dan aku harus mohon ampun pada Tuhan.
Memang rasa kehilangan itu masih ada, namun Tuhan yang mengerti jauh lebih daripada yang kita pernah berani bayangkan atau pikirkan mengatakan ‘cukup Ngga, waktumu bersama papimu’. Oke Tuhan, aku sekarang mohon ampun bila selama hidupnya aku kurang taat padanya, kadang ngeyel, kurang ajar, dan lain sebagainya. Bagiku papi adalah pribadi ayah yang luar biasa, dia belum pernah melihat sosok ayah dalam hidupnya, ayah papi (engkongku) meninggal ketika papi di dalam kandungan emakku, namun dia menjadi ayah yang sangat luar biasa bagiku dan cicik (berarti tanpa meladani/mencontoh bagaimana figure ayah itu dari ayahnya).
Bulan-bulan itu jika dilihat secara manusia merupakan bulan-bulan penuh duka, sekitar bulan Oktober 2010 aku kehilangan emakku dari papi, Maret 2011 aku kehilangan emakku dari mami, April 2011 aku kehilangan papiku, dan Mei 2011 aku kehilangan om-ku. Rasanya mau mengatakan ‘gila Tuhan! 3 bulan berturut-turut?’ tapi setelah itu terlihat kekuatan dari Tuhan, ‘gila Tuhan! 3 bulan kekuatan dariMu melimpah buat aku’.
Masa-masa ini, dalam pemulihan kedukaan ini, aku sering berpikir, bagaimana dengan mereka, orang-orang yang belum percaya, oke sih kalo aku dalam masa duka seperti itu dilengkapi dengan kekuatan dari Tuhan, tapi bagaimana mereka? Karena seburuk apapun menimpa kita, anugerah terbesar dalam hidup ini tidak akan hilang, yaitu keselamatan, dan status kita sebagai yang ‘diselamatkan’ tidak bisa berubah menjadi ‘tidak diselamatkan’. Betapa bakal goyah hidup mereka, karena tidak ada jaminan yang pasti dalam hidupnya, sepanjang hidupnyapun tak terjamin, ditambah lagi akhir hidupnya yang tak terjamin oleh keselamatan. Berita baik keselamatan itu sudah disiarkan di mana-mana, banyak semua orang pernah mendengar Yesus, tapi berapa banyak yang menerima Yesus? Kemarin waktu KAMBIUM diingatkan kembali tentang Amanat Agung Yesus, untuk memberitakan injilnya ke seluruh muka bumi, sampai ke ujung bumi (padahal bumi ga ada ujungnya, berarti nggak brenti2… he3… muter terus sampe ketemu ujungnya…).
Waktu aku lihat diriku sendiri, apakah aku sudah melakukan Amanat Agung itu? Setelah benar-benar aku pikir, aku belum pernah berusaha keras untuk hal itu, memang pernah berusaha, tapi ternyata masih kebanyakan basa-basi, sementara aku sering mendengar cerita orang yang begitu berani, bahkan siapapun yang ia temui ia ceritakan tentang Yesus dan karyaNya buat dunia.
Buat saya hal itu masih sangat sulit saya lakukan, tapi paling tidak ayo kita benar-benar menjadi duta Tuhan di dunia ini, memancarkan keindahanNya, membiarkan Tuhan menampakkan diriNya lewat kita, teringat sebuah ilustrasi dari Jawaban.com >>
------------------------------------------------------------------------
Suatu saat seorang anak laki-laki kecil ingin sekali bertemu dengan Tuhan. Dia tahu itu adalah perjalanan yang panjang untuk bisa pergi ke rumah Tuhan, jadi dia berkemas memasukkan ke dalam tasnya kue dan enam kaleng minuman ringan, kemudian dia memulai perjalanannya.
Ketika dia sudah berjalan sekitar tiga blok, dia bertemu dengan seorang wanita tua. Wanita tua itu duduk di taman sambil menatap beberapa merpati di sana. Anak laki-laki kemudian duduk disampingnya dan membuka tasnya. Dia hendak mengambil minuman ringan untuk minum, ketika melirik ke arah wanita itu, dia melihat wanita itu terlihat lapar jadi anak itu menawarkan kuenya. Wanita itu sangat berterima kasih dan tersenyum padanya. Senyumannya sangat cantik sehingga anak itu ingin melihatnya lagi, jadi ia menawarkan minuman ringan kepadanya. Sekali lagi ia tersenyum dan anak itu sangat senang. Mereka duduk di taman itu sepanjang siang, makan dan tersenyum, tapi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Saat hari mulai gelap, anak itu menyadari betapa lelah dirinya dan ia bangkit untuk pulang, tapi baru beberapa langkah ia berbalik dan lari kembali kepada wanita tua itu serta memeluknya. Wanita itu memberinya sebuah senyum terbesar yang pernah ada. Ketika anak laki-laki itu sampai di rumah, ibunya terkejut dengan sukacita yang terpancar dari wajah anak itu.
Ibunya bertanya, “Apa yang kamu lakukan hari ini sehingga membuat kamu begitu senang?”
Dia menjawab, “Saya makan siang dengan Tuhan.” Dan sebelum ibunya bertanya lagi, dia menambahkan, “Ibu tahu? Dia punya senyuman terindah dari semua yang pernah saya lihat.”
Sementara itu, wanita tua itu juga terkena dampak sukacita dari anak tersebut, ketika dia pulang ke rumahnya anaknya terkejut melihat kedamaian dan sukacita yang terpancar di wajahnya.
“Ibu, apa yang kamu lakukan hari ini yang membuatmu begitu bahagia?”
Jawabnya, “Saya makan kue di taman bersama Tuhan.” Tetapi sebelum anaknya merespon atas pernyataannya tersebut ia menambahkan, “Kamu tahu, dia jauh lebih muda dari yang saya harapkan.”
------------------------------------------------------------------------
Salah satu pengalamanku ketika sore hampir malam hari aku berangkat ke gereja, aku melihat seorang tetanggaku berpakaian mau ke masjid untuk sholat maghrib, terlihat berjalan tergesa-gesa, mungkin karena waktunya sudah mepet, telintas di pikiran untuk menawarinya berangkat bersama, karena aku yang tidak rugi apapun, karena jalannya juga seaarah, tapi beda tujuan, yang satu ke masjid, yang satu ke gereja. Tapi pikiran ‘agak nyleneh’ itu nggak jadi terlaksana. Tapi entahlah apa yang saat itu sebenarnya mau aku lakukan benar atau tidak, tapi pikirku aku mencoba melakukan kebaikan kepada semua orang, seperti yang diajarkan Tuhan, sehingga aku bisa menjadi saksiNya.
Demikian sharring saia, semoga memberkati, maaf kalo muter2, dari penghiburan dalam kedukaan ke amanat agung… ha3…
-Apolos Anggara Sindhunata-