Setiap orang memiliki konsep pikir tentang suatu hal, bagaimana dia menganggapnya dan memperlakukannya. Ada tiga konsep pikir yang di dalam hidup saya yang sebelumnya saya tidak tahu apa definisi yang benar sehingga sayapun melakukannya dengan salah. Tiga hal tersebut pada waktu sebelum saya menyadari lewat firman Tuhan yang saya terima memang tidak terlalu saya pikirkan, karena yang saya tahu hal itu baik-baik saja. Dalam setiap momen di mana saya memperoleh hal yang benar tersebut seolah saya mendapat tamparan, ternyata yang selama ini saya mengerti dan lakukan itu salah. Dan inilah tiga tamparan yang saya dapatkan dalam hidup saya.
Yang pertama adalah tentang pelayanan, saya sadari dalam sebuah pembinaan pengurus ketika saya menjadi pengurus komisi Pra Remaja semasa saya SMP. Sebelumnya saya tidak mempunyai pemikiran banyak tentang hal ini karena saya baru sebentar memulainya, pelayanan adalah tugas, atau bahkan cara memuaskan orang yang memberi kita tugas, itu yang saya pikirkan saat itu. Tapi ternyata tidak! Pelayanan adalah sebuah kesempatan bahkan kehormatan bagi kita dari Tuhan untuk bergabung dalam tim kerjaNya, dan Dia mempercayai kita, tinggal kita yang bisa dipercayai atau tidak. Karena sebenarnya tanpa kitapun Dia dapat melakukan pekerjaanNya di muka bumi ini, lebih baik daripada ketika melibatkan kita, bahkan kita seolah ‘mengganggunya’.
Kita seperti anak kecil yang membantu ibu kita memasak di dapur, sebenarnya dia bisa memasak sendiri, namun ibu kita memberi kita kesempatan untuk membantunya agar kita dapat belajar bagaimana memasak itu, namun kita malah membuatnya repot dengan pertanyaan-pertanyaan kita bahkan juga kesalahan kita serta semakin berantakannya kondisi dapur, padahal sebenarnya ibu kita bisa memasaknya sendiri, bahkan dengan hasil yang lebih baik daripada ketika dibantu oleh kita.
Hal yang kedua adalah tentang persembahan, hal ini saya sadari sekitar SMA awal. Apa yang saya pikir sebelumnya tentang persembahan adalah uang yang kita sisihkan untuk pekerjaan Tuhan di bumi ini. Namun ternyata itu salah! Di dalam hidup kita Tuhan menitipkan uang atau harta kepada kita, ‘menitipkan’ berarti itu milik Tuhan. Dan di dalam hidup kita, kita mengambil uang itu untuk kebutuhan kita, dan yang masih ada itulah yang kita persembahkan kepada Tuhan. Jadi persembahan bukan sisa dari yang kita punya, namun adalah yang masih dari milik Tuhan yang dititipkan Tuhan kepada kita dan kita ambil untuk kebutuhan kita. Jadi kita harus berpikir ketika memakai uang yang ada pada kita sedemikian rupa.
Berikutnya adalah tentang permintaan kita kepada Tuhan, hal in baru saja saya sadari pada kebaktian kemarin. Ketika kita memintanya kepada Tuhan, maka bukan untuk diri kita, tetapi untuk kemuliaan Tuhan. Misalnya ketika kita melayani Tuhan kita meminta Tuhan untuk menyertai pelayanan kita agar berjalan dengan sempurna mungkin dengan tanpa alasan, atau bahkan agar kita tidak kena marah oleh Pembina kita, atau juga yang lebih parah untuk mendapat pujian. Namun seharusnya kita meminta Tuhan menyertai pelayanan kita, agar melalui pelayanan kita nama Tuhan boleh dimuliakan, contohnya ketika sebagai pemimpin pujian, bagaimana kita memilih lagu, kata-kata yang mengarahkan jemaat ke tujuan firman Tuhan yang diberikan sehingga jemaat dapat lebih jelas menerima apa yang mau Tuhan katakan kepada jemaat, dan jemaat mengalami hidup sesuai dengan firman Tuhan tersebut. Bukan agar kita dikenal orang banyak dan dipuji.
Itulah ‘tiga tamparan’ dalam hidup saya hingga saat ini, namun satu lagi tamparan terbesar yang membuat saya bisa dan mau ditampar oleh tiga tamparan itu adalah tentang keselamatan. Di awal masa SMP, saya mendapat alasan yang jelas dan pasti mengapa saya mengikut Yesus, mengapa Dia mati di kayu salib, dan bagaimana bisa karyaNya membuat saya selamat.
-Apolos Anggara Sindhunata-
Yang pertama adalah tentang pelayanan, saya sadari dalam sebuah pembinaan pengurus ketika saya menjadi pengurus komisi Pra Remaja semasa saya SMP. Sebelumnya saya tidak mempunyai pemikiran banyak tentang hal ini karena saya baru sebentar memulainya, pelayanan adalah tugas, atau bahkan cara memuaskan orang yang memberi kita tugas, itu yang saya pikirkan saat itu. Tapi ternyata tidak! Pelayanan adalah sebuah kesempatan bahkan kehormatan bagi kita dari Tuhan untuk bergabung dalam tim kerjaNya, dan Dia mempercayai kita, tinggal kita yang bisa dipercayai atau tidak. Karena sebenarnya tanpa kitapun Dia dapat melakukan pekerjaanNya di muka bumi ini, lebih baik daripada ketika melibatkan kita, bahkan kita seolah ‘mengganggunya’.
Kita seperti anak kecil yang membantu ibu kita memasak di dapur, sebenarnya dia bisa memasak sendiri, namun ibu kita memberi kita kesempatan untuk membantunya agar kita dapat belajar bagaimana memasak itu, namun kita malah membuatnya repot dengan pertanyaan-pertanyaan kita bahkan juga kesalahan kita serta semakin berantakannya kondisi dapur, padahal sebenarnya ibu kita bisa memasaknya sendiri, bahkan dengan hasil yang lebih baik daripada ketika dibantu oleh kita.
Hal yang kedua adalah tentang persembahan, hal ini saya sadari sekitar SMA awal. Apa yang saya pikir sebelumnya tentang persembahan adalah uang yang kita sisihkan untuk pekerjaan Tuhan di bumi ini. Namun ternyata itu salah! Di dalam hidup kita Tuhan menitipkan uang atau harta kepada kita, ‘menitipkan’ berarti itu milik Tuhan. Dan di dalam hidup kita, kita mengambil uang itu untuk kebutuhan kita, dan yang masih ada itulah yang kita persembahkan kepada Tuhan. Jadi persembahan bukan sisa dari yang kita punya, namun adalah yang masih dari milik Tuhan yang dititipkan Tuhan kepada kita dan kita ambil untuk kebutuhan kita. Jadi kita harus berpikir ketika memakai uang yang ada pada kita sedemikian rupa.
Berikutnya adalah tentang permintaan kita kepada Tuhan, hal in baru saja saya sadari pada kebaktian kemarin. Ketika kita memintanya kepada Tuhan, maka bukan untuk diri kita, tetapi untuk kemuliaan Tuhan. Misalnya ketika kita melayani Tuhan kita meminta Tuhan untuk menyertai pelayanan kita agar berjalan dengan sempurna mungkin dengan tanpa alasan, atau bahkan agar kita tidak kena marah oleh Pembina kita, atau juga yang lebih parah untuk mendapat pujian. Namun seharusnya kita meminta Tuhan menyertai pelayanan kita, agar melalui pelayanan kita nama Tuhan boleh dimuliakan, contohnya ketika sebagai pemimpin pujian, bagaimana kita memilih lagu, kata-kata yang mengarahkan jemaat ke tujuan firman Tuhan yang diberikan sehingga jemaat dapat lebih jelas menerima apa yang mau Tuhan katakan kepada jemaat, dan jemaat mengalami hidup sesuai dengan firman Tuhan tersebut. Bukan agar kita dikenal orang banyak dan dipuji.
Itulah ‘tiga tamparan’ dalam hidup saya hingga saat ini, namun satu lagi tamparan terbesar yang membuat saya bisa dan mau ditampar oleh tiga tamparan itu adalah tentang keselamatan. Di awal masa SMP, saya mendapat alasan yang jelas dan pasti mengapa saya mengikut Yesus, mengapa Dia mati di kayu salib, dan bagaimana bisa karyaNya membuat saya selamat.
-Apolos Anggara Sindhunata-