Jalan Tuhan bukan jalanmu. Saat-saat ini sepertinya aku sedang diajar oleh Tuhan untuk tunduk kepada kehendakNya dan rencanaNya. Memang kalo aku inget-inget doaku, akhir-akhir ini di akhir doaku aku berkata kepada Tuhan “Tuhan, itulah semua keinginanku, tapi perbuatlah semua sesuai dengan rencana dan kehendakMu yang sempurna itu ya Tuhan”. Ngomongnya guampang, wuih bareng ketemu saat-saat yang didoakan itu susahnya minta ampun untuk menundukkan keinginan pribadi di bawah kedaulatan Tuhan.
Kayaknya pertama aku menggumulkan tentang my wants VS His sovereignty adalah ketika di salah satu saat teduh di KAMBIUM yang membahas ttg doa Yesus di taman Getsemani (Matius 26:36-46) beberapa waktu lalu --- telat amat ya SaTe KAMBIUMku… ha3… biar tmen2 sekelompokku aja yang tau… >kok bilang2?
Di perikop itu 2 kali diungkapkan hal yang hampir sama, yang pertama :
Matius 26:39 : Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Dan yang kedua :
Matius 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Tapi di situ ada perbedaannya, perkataan yang pertama tersebut berada di tingkat penyerahan terhadap Allah yang lebih rendah daripada yang ke2. Di ayat 42 seolah sudah tak ada jalan lain lagi selain kehendak Tuhan yang terjadi, Yesus benar2 menundukkan diriNya di hadapan BapaNya.
Hal kedua yang cukup mengisi otakku beberapa waktu adalah kata2 Joko Widodo, wali kota Solo waktu diwawancarai Najwa Shihab di Mata Najwa-Metro Tv. > Loh? OOT! Tenang!... Waktu Najwa Shihab tanya “Apa jurusnya sehingga kepemimpinan Anda begitu sukses? Suap Anda tolak, de es be…” Jokowi jawab “Satu yang paling penting, <span " fbUnderline">KEPENTINGAN</span>tidak boleh ada ”. Otakku puter2 bentar, lalu dapet maksudnya, maksudnya adalah ‘kepentingan pribadi’, kalau jadi walikota cuma untuk kepentingan pribadi itu salah, maksudnya kepentingan masyarakat dinomorduakan, padahal kan seharusnya walikota tugasnya melayani masyarakat.
Lalu kata-kata dari orang nomor 1 di Solo yang beberapa hari lalu jabat tangan dan omong2 sm saya dn teman2 (halah, bangganya….) itu saya coba refleksikan dalam khdpan saya sbagai murid Kristus. KEPENTINGAN, ato disebut juga keinginan, hasrat itu harus dibuang jauh2 dlm khdpan kita sbagai anakNya. Tanya kenapa? Karena kita telah dibeliNya dengan mahal, menjadi hambaNya, tugas kita melayaniNya, sama seperti walikota yang melayani masyarakat yang harus menomorseratuskan KEPENTINGANnya, kita juga harus menomorseribukan KEPENTINGAN kita.
Lagi, sebuah lagu yang kemarin saya dengar di Rimma, lagunya Pdt. Erastus Sabdono, judulnya ‘Ku Mau Hidup BagiMu”, tapi aku cari di mana2 kagak ada lagunya, ada bagian liriknya seperti ini :
Lebih dari semua hasratku
Ku turut kehendakMu
Lebih dari cita -citaku
Ku ikut rencanaMu
Ku mau hidup slalu dalam kedaulatanMu Tuhan
Waktu itu aku hampir tidur, biasa kalo aku tidur radio itu hidup sampe pagi lagi, kalo dimatiin mamiq aq mesti bangun, padahal y ga ada suaranya… > boros listrik....! Saat itu aku mikir tentang cita-citaku di masa depanku yg sedemikian rupa… tapi apakah itu kehendak Tuhan? Bagaimana jika Tuhan berkehendak lain? Rasanya mata mau mbrebes saat itu…
Berikutnya, tadi aku dikasih temen trailer film “What If”, kayaknya garis besar ceritanya begini… ada seorang yg sudah sukses dlm pencapaian hidupnya, bekerja dgn fasilitas yg wah, udah mau married, bahkan nongol Mercedes-Benz SL 65 coupe punya dia… gilax… tiba-tiba mogok, terus mobilnya diderek, supirnya nyuruh dia merem tp dia g mau, akhirnya si supir tonjok tuh orang… (maksudnya gmana g jlas)… trs org itu bangun di tempat yg berbeda, dgn kondisi yg berbeda, dia keliatan udah agak tua, udah punya istri, anak 2, dia bingung dgan apa yg terjadi, tapi ternyata dia harus kotbah saat itu, dan ternyata dia jadi pendeta… jadi maksudnya, sebenernya Tuhan rencanakan dia untuk jadi hamba Tuhan, tp dia mengerjakan hal lain, kata temenku itu kalo di PL kaya ceritanya Yunus. Buat yg udah nonton Evan’s Almighty, ya ceritanya mirip gitu deh (keinginan pribadi VS kehendak Tuhan)… ato membelot dari rencana Tuhan.
Di trailernya ada dub kaya gini :
“What if you had the perfect life? What if God had other plans? A divine intervention, give you the second chance.” >>> “Bagaimana jika kamu memiliki hidup yang sempurna? Bagaimana jika Tuhan punya rencana lain? Intervensi Ilahi memberimu kesempatan kedua..”
Di situ lagi-lagi people’s wants diperhadapkan dengan God’s plans! Mengapa sih hal ini sangat kontras jika disandingkan? Karena manusia hidup dlm dunia dengan konsep pikir sedemikian rupa, mencapai kemakmuran hidup, dan lain sebagainya. Bahkan terkadang perbuatan yang kita lakukan sepertinya menyenangkan hatiNya, tapi ternyata tidak sesuai kehendakNya.
Keinginan-keinginan kita juga bisa berkembang jadi ke-egoisan kita di hadapan Tuhan, padahal yang terbaik ada pada rencanaNya, He knows my self better, deeper, and wider than me know my self! Karena Dia yang ciptakan saya…
Oia masih ada satu hal lagi yang bikin aku berpikir dalam tentang hal ini, sebuah artikel di Jawaban.com :
----------------------------------------------------------------
Ada sebuah kisah tentang rabbi yang bernama Rabbi Zsuya, yang dikenal sebagai seorang yang bijaksana dan berkarya sebagai seorang ilmuwan, guru dan pemimpin. Suatu saat tiba saatnya ia harus meninggalkan dunia ini. Para muridnya yang mendengar ia akan segera meninggal, datang dan berkumpul di dekat ranjangnya. Selama sesaat, rabbi itu mulai menangis.
“Mengapa engkau menangis, Rabbi?” tanya seorang muridnya. “Jika seseorang diberikan jaminan tempat di surga, itu adalah kamu. Kamulah salah satu guru terbesar dan terhormat di dunia ini!”
Rabbi Zsuya menoleh dan menatap dalam-dalam pada murid itu, “Aku akan memberitahukan kepadamu mengapa aku menangis. Jika aku mendekati gerbang surga dan malaikat yang menemuiku bertanya, ‘Mengapa engkau bukan Musa?’ Aku akan menjawab dengan penuh keyakinan, ‘Karena aku tidak dilahirkan untuk menjadi Musa.’ Dan jika malaikat itu menantang saya, ‘Tetapi engkau juga tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang dilakukan Elia,’ Aku akan dengan tegas menjawab, ‘Misiku tidak sama dengan misi Elia.’ Namun ada satu pertanyaan yang aku takut tidak bisa menjawabnya,” rabbi itu menutup perkataannya. Dengan keletihan yang dalam rabbi tua itu berkata, “Aku takut ditanya, ‘Mengapa engkau bukan Rabbi Zsuya?’”
-----------------------------------------------------------
Meskipun udah aku baca beberapa kali tetep aja hati ini seolah terkoyak, bayangin kalo kata-kata yang terakhir diganti “Aku takut ditanya, mengapa engkau bukan Angga?” Jadi Tuhan sebenernya udah ngrencanain kita menjadi sesuatu yang Tuhan inginkan, tapi sulitnya bagaimana cara kita tahu kehendak Tuhan buat kita? Seakan sudah capek teriak : “Tuhan tunjukkan kehendakMu! Aku ingin menyenangkanMu! Apa yang Engkau mau?” seolah kita pasti mampu melakukannya.
Salah satu hal yang agak membuat pertanyaan saya terjawab adalah kata-kata ini :
> Ketika ada tiga pintu terbuka dan kita bimbang mau memilih yang mana, satu pintu tertutup dan kita menjadi kecewa karena berpikir bahwa satu jalan telah tertutup, dan potensi kegagalan membesar, namun sebenarnya ketika pintu kedua juga tertutup, Ia menunjukkan bahwa yang terbaik berada di pintu yang ketiga.
Mungkin kata-kata di atas bisa digunakan dalam menghadapi pilihan2 yang kita bner2 btuh tau kehendak Tuhan, mungkin masalah milih kuliah, PH, dsb. Sepertinya akan terasa berat dalam menjalani hal2 yang bukan keinginan kita, tapi Tuhan yang rencanakan buat kita, maka Tuhan pula akan memampukan kita
-Apolos Anggara Sindhunata-
Kayaknya pertama aku menggumulkan tentang my wants VS His sovereignty adalah ketika di salah satu saat teduh di KAMBIUM yang membahas ttg doa Yesus di taman Getsemani (Matius 26:36-46) beberapa waktu lalu --- telat amat ya SaTe KAMBIUMku… ha3… biar tmen2 sekelompokku aja yang tau… >kok bilang2?
Di perikop itu 2 kali diungkapkan hal yang hampir sama, yang pertama :
Matius 26:39 : Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Dan yang kedua :
Matius 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Tapi di situ ada perbedaannya, perkataan yang pertama tersebut berada di tingkat penyerahan terhadap Allah yang lebih rendah daripada yang ke2. Di ayat 42 seolah sudah tak ada jalan lain lagi selain kehendak Tuhan yang terjadi, Yesus benar2 menundukkan diriNya di hadapan BapaNya.
Hal kedua yang cukup mengisi otakku beberapa waktu adalah kata2 Joko Widodo, wali kota Solo waktu diwawancarai Najwa Shihab di Mata Najwa-Metro Tv. > Loh? OOT! Tenang!... Waktu Najwa Shihab tanya “Apa jurusnya sehingga kepemimpinan Anda begitu sukses? Suap Anda tolak, de es be…” Jokowi jawab “Satu yang paling penting, <span " fbUnderline">KEPENTINGAN</span>tidak boleh ada ”. Otakku puter2 bentar, lalu dapet maksudnya, maksudnya adalah ‘kepentingan pribadi’, kalau jadi walikota cuma untuk kepentingan pribadi itu salah, maksudnya kepentingan masyarakat dinomorduakan, padahal kan seharusnya walikota tugasnya melayani masyarakat.
Lalu kata-kata dari orang nomor 1 di Solo yang beberapa hari lalu jabat tangan dan omong2 sm saya dn teman2 (halah, bangganya….) itu saya coba refleksikan dalam khdpan saya sbagai murid Kristus. KEPENTINGAN, ato disebut juga keinginan, hasrat itu harus dibuang jauh2 dlm khdpan kita sbagai anakNya. Tanya kenapa? Karena kita telah dibeliNya dengan mahal, menjadi hambaNya, tugas kita melayaniNya, sama seperti walikota yang melayani masyarakat yang harus menomorseratuskan KEPENTINGANnya, kita juga harus menomorseribukan KEPENTINGAN kita.
Lagi, sebuah lagu yang kemarin saya dengar di Rimma, lagunya Pdt. Erastus Sabdono, judulnya ‘Ku Mau Hidup BagiMu”, tapi aku cari di mana2 kagak ada lagunya, ada bagian liriknya seperti ini :
Lebih dari semua hasratku
Ku turut kehendakMu
Lebih dari cita -citaku
Ku ikut rencanaMu
Ku mau hidup slalu dalam kedaulatanMu Tuhan
Waktu itu aku hampir tidur, biasa kalo aku tidur radio itu hidup sampe pagi lagi, kalo dimatiin mamiq aq mesti bangun, padahal y ga ada suaranya… > boros listrik....! Saat itu aku mikir tentang cita-citaku di masa depanku yg sedemikian rupa… tapi apakah itu kehendak Tuhan? Bagaimana jika Tuhan berkehendak lain? Rasanya mata mau mbrebes saat itu…
Berikutnya, tadi aku dikasih temen trailer film “What If”, kayaknya garis besar ceritanya begini… ada seorang yg sudah sukses dlm pencapaian hidupnya, bekerja dgn fasilitas yg wah, udah mau married, bahkan nongol Mercedes-Benz SL 65 coupe punya dia… gilax… tiba-tiba mogok, terus mobilnya diderek, supirnya nyuruh dia merem tp dia g mau, akhirnya si supir tonjok tuh orang… (maksudnya gmana g jlas)… trs org itu bangun di tempat yg berbeda, dgn kondisi yg berbeda, dia keliatan udah agak tua, udah punya istri, anak 2, dia bingung dgan apa yg terjadi, tapi ternyata dia harus kotbah saat itu, dan ternyata dia jadi pendeta… jadi maksudnya, sebenernya Tuhan rencanakan dia untuk jadi hamba Tuhan, tp dia mengerjakan hal lain, kata temenku itu kalo di PL kaya ceritanya Yunus. Buat yg udah nonton Evan’s Almighty, ya ceritanya mirip gitu deh (keinginan pribadi VS kehendak Tuhan)… ato membelot dari rencana Tuhan.
Di trailernya ada dub kaya gini :
“What if you had the perfect life? What if God had other plans? A divine intervention, give you the second chance.” >>> “Bagaimana jika kamu memiliki hidup yang sempurna? Bagaimana jika Tuhan punya rencana lain? Intervensi Ilahi memberimu kesempatan kedua..”
Di situ lagi-lagi people’s wants diperhadapkan dengan God’s plans! Mengapa sih hal ini sangat kontras jika disandingkan? Karena manusia hidup dlm dunia dengan konsep pikir sedemikian rupa, mencapai kemakmuran hidup, dan lain sebagainya. Bahkan terkadang perbuatan yang kita lakukan sepertinya menyenangkan hatiNya, tapi ternyata tidak sesuai kehendakNya.
Keinginan-keinginan kita juga bisa berkembang jadi ke-egoisan kita di hadapan Tuhan, padahal yang terbaik ada pada rencanaNya, He knows my self better, deeper, and wider than me know my self! Karena Dia yang ciptakan saya…
Oia masih ada satu hal lagi yang bikin aku berpikir dalam tentang hal ini, sebuah artikel di Jawaban.com :
----------------------------------------------------------------
Ada sebuah kisah tentang rabbi yang bernama Rabbi Zsuya, yang dikenal sebagai seorang yang bijaksana dan berkarya sebagai seorang ilmuwan, guru dan pemimpin. Suatu saat tiba saatnya ia harus meninggalkan dunia ini. Para muridnya yang mendengar ia akan segera meninggal, datang dan berkumpul di dekat ranjangnya. Selama sesaat, rabbi itu mulai menangis.
“Mengapa engkau menangis, Rabbi?” tanya seorang muridnya. “Jika seseorang diberikan jaminan tempat di surga, itu adalah kamu. Kamulah salah satu guru terbesar dan terhormat di dunia ini!”
Rabbi Zsuya menoleh dan menatap dalam-dalam pada murid itu, “Aku akan memberitahukan kepadamu mengapa aku menangis. Jika aku mendekati gerbang surga dan malaikat yang menemuiku bertanya, ‘Mengapa engkau bukan Musa?’ Aku akan menjawab dengan penuh keyakinan, ‘Karena aku tidak dilahirkan untuk menjadi Musa.’ Dan jika malaikat itu menantang saya, ‘Tetapi engkau juga tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang dilakukan Elia,’ Aku akan dengan tegas menjawab, ‘Misiku tidak sama dengan misi Elia.’ Namun ada satu pertanyaan yang aku takut tidak bisa menjawabnya,” rabbi itu menutup perkataannya. Dengan keletihan yang dalam rabbi tua itu berkata, “Aku takut ditanya, ‘Mengapa engkau bukan Rabbi Zsuya?’”
-----------------------------------------------------------
Meskipun udah aku baca beberapa kali tetep aja hati ini seolah terkoyak, bayangin kalo kata-kata yang terakhir diganti “Aku takut ditanya, mengapa engkau bukan Angga?” Jadi Tuhan sebenernya udah ngrencanain kita menjadi sesuatu yang Tuhan inginkan, tapi sulitnya bagaimana cara kita tahu kehendak Tuhan buat kita? Seakan sudah capek teriak : “Tuhan tunjukkan kehendakMu! Aku ingin menyenangkanMu! Apa yang Engkau mau?” seolah kita pasti mampu melakukannya.
Salah satu hal yang agak membuat pertanyaan saya terjawab adalah kata-kata ini :
> Ketika ada tiga pintu terbuka dan kita bimbang mau memilih yang mana, satu pintu tertutup dan kita menjadi kecewa karena berpikir bahwa satu jalan telah tertutup, dan potensi kegagalan membesar, namun sebenarnya ketika pintu kedua juga tertutup, Ia menunjukkan bahwa yang terbaik berada di pintu yang ketiga.
Mungkin kata-kata di atas bisa digunakan dalam menghadapi pilihan2 yang kita bner2 btuh tau kehendak Tuhan, mungkin masalah milih kuliah, PH, dsb. Sepertinya akan terasa berat dalam menjalani hal2 yang bukan keinginan kita, tapi Tuhan yang rencanakan buat kita, maka Tuhan pula akan memampukan kita
-Apolos Anggara Sindhunata-