Keluaran 18:13-27
Saat itu Musa sedang mengadili bangsa Israel, mereka berdiri di depan Musa dari pagi sampai petang. Hal itu dilakukan Musa agar perkara-perkara yang ada di antara para rakyat Israel dapat diselesaikan melalui pengadilan tersebut. Ketika melihat hal tersebut, mertua Musa menyarankan agar Musa mewakili bangsa itu kepada Allah, dan memperhadapkan perkara-perkara mereka kepada Allah. Musa juga disarankan untuk mencari dan mengangkat orang-orang yang dapat dipercaya dan benci terhadap suap sebagai pemimpin-pemimpin kecil untuk seribu, seratus, lima puluh, dan sepuluh orang, dan mereka pada waktu tertentu harus mengadili perkara yang ada, jika perkaranya terlalu besar maka akan langsung diperhadapkan dengan Musa. Ia mendengarkan perkataan mertuanya itu dan kemudian ia melakukannya, ia mengangkat orang yang dapat dipercaya untuk memimpin kelompok-kelompok, dan mereka mengadili perkara yang ada dalam kelompoknya sewaktu-waktu, dan jika perkaranya terlalu besar, maka Musa sendiri yang mengadilinya.
Seolah hal percuma dan sia-sia yang dilakukan Musa, sangat tidak efektif, ia harus mengadili semua perkara yang ada di antara bangsa Israel dengan kekuatannya sendiri. Betapa beratnya pekerjaan yang dilakukannya, padahal sebenarnya jika diaplikasikan sistem dan manajemen yang baik, maka cara yang lebih efektif akan didapat. Dengan adanya pemimpin-pemimpin kelompok maka Musa memiliki perpanjangan tangan yang dapat ia percaya. Hal yang terjadi dalam peristiwa tersebut kemudian dapat kita lihat secara nyata dalam pekerjaan Tuhan di muka bumi ini. Memang sebenarnya Tuhan tidak membutuhkan kita, Dia bisa menggerakkan, mengerjakan, segala sesuatu dengan tanganNya sendiri, namun Tuhan ingin untuk melibatkan kita dalam pekerjaanNya yang besar itu, dalam karya penyelamatan yang harus disebarluaskan. Dapat kita lihat melalui struktur organisasi yang ada mungkin dalam kepengurusan dan gereja kita, ada pemimpin yang juga merupakan alat Tuhan, dan pemimpin itupun tidak bekerja sendiri, di bawahnya banyak orang yang dengan bagiannya masing-masing menjadi perpanjangan tangan sang pemimpin. Ketika mungkin saat ini kita berada di suatu posisi, misalnya saya berada sebagai pengurus pemuda, maka saya menjadi salah satu perpanjangan tangan dari pembina saya, yang merupakan perpanjangan tangan dari majelis, yang merupakan perpanjangan tangan dari Tuhan untuk mengelola gerejaNya. Jadi sebenarnya struktur organisasi dalam sebuah gereja bukan merupakan hal sepele, karena induk dari semuanya itu adalah Tuhan, Allah sebagai kepala gerejaNya. Struktur organisasi dalam gereja tidak hanya sekedar tingkatan hierarki kekuasaan, namun lebih dari itu sebenarnya setiap bagian merupakan alat untuk mempermudah pekerjaan seseorang yang ada di atasnya, yang ujungnya di puncak adalah Tuhan.
Ketika saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melakukan pelayanan, bahkan masuk dalam sebuah struktur organisasi sebagai alatNya, maka saya tidak sekedar tunduk kepada atasan saya, mungkin pembimbing, hamba Tuhan, atau majelis, namun terlebih adalah Tuhan yang adalah puncak dari struktur tersebut. Saya tidak akan menganggap sepele kedudukan saya, bukan karena di tingkat mana saya berada, apakah ketua, pembina, pengurus, atau penyambutan, bahkan ketika saya diberi hati untuk membersihkan gereja, itu semua sebagai perpanjangan tangan Tuhan, untuk menyatakan karyaNya di bumi ini. Saya hadir dalam sebuah struktur seharusnya untuk mempermudah kinerja dari tim tersebut, dalam hal ini adalah Tuhan, saya seharusnya bukan sebagai penghalang dan penghambat, kehadiran saya harus mempermudah kinerja. Seperti kita lihat yang terjadi misalnya dalam sebuah perusahaan raksasa, misalnya perusahaan otomotif di mana mereka berpusat di Jepang, memiliki daerah pemasaran di seluruh dunia, mereka memiliki tim hebat yang bisa mengimplementasikan kehendak pemimpin perusahaan itu di seluruh bagian perusahaannya. Kita adalah bagian dari tim itu, kita bertanggung jawab untuk menjadi tim yang hebat yang mampu mengimplementasikan kehendak Tuhan di bumi ini.
Tuhan adalah pribadi teragung, termulia, dan pasti timnyapun profesional, dan seharusnya layak disebut tim terbaik di dunia.
-Apolos Anggara Sindhunata-
Saat itu Musa sedang mengadili bangsa Israel, mereka berdiri di depan Musa dari pagi sampai petang. Hal itu dilakukan Musa agar perkara-perkara yang ada di antara para rakyat Israel dapat diselesaikan melalui pengadilan tersebut. Ketika melihat hal tersebut, mertua Musa menyarankan agar Musa mewakili bangsa itu kepada Allah, dan memperhadapkan perkara-perkara mereka kepada Allah. Musa juga disarankan untuk mencari dan mengangkat orang-orang yang dapat dipercaya dan benci terhadap suap sebagai pemimpin-pemimpin kecil untuk seribu, seratus, lima puluh, dan sepuluh orang, dan mereka pada waktu tertentu harus mengadili perkara yang ada, jika perkaranya terlalu besar maka akan langsung diperhadapkan dengan Musa. Ia mendengarkan perkataan mertuanya itu dan kemudian ia melakukannya, ia mengangkat orang yang dapat dipercaya untuk memimpin kelompok-kelompok, dan mereka mengadili perkara yang ada dalam kelompoknya sewaktu-waktu, dan jika perkaranya terlalu besar, maka Musa sendiri yang mengadilinya.
Seolah hal percuma dan sia-sia yang dilakukan Musa, sangat tidak efektif, ia harus mengadili semua perkara yang ada di antara bangsa Israel dengan kekuatannya sendiri. Betapa beratnya pekerjaan yang dilakukannya, padahal sebenarnya jika diaplikasikan sistem dan manajemen yang baik, maka cara yang lebih efektif akan didapat. Dengan adanya pemimpin-pemimpin kelompok maka Musa memiliki perpanjangan tangan yang dapat ia percaya. Hal yang terjadi dalam peristiwa tersebut kemudian dapat kita lihat secara nyata dalam pekerjaan Tuhan di muka bumi ini. Memang sebenarnya Tuhan tidak membutuhkan kita, Dia bisa menggerakkan, mengerjakan, segala sesuatu dengan tanganNya sendiri, namun Tuhan ingin untuk melibatkan kita dalam pekerjaanNya yang besar itu, dalam karya penyelamatan yang harus disebarluaskan. Dapat kita lihat melalui struktur organisasi yang ada mungkin dalam kepengurusan dan gereja kita, ada pemimpin yang juga merupakan alat Tuhan, dan pemimpin itupun tidak bekerja sendiri, di bawahnya banyak orang yang dengan bagiannya masing-masing menjadi perpanjangan tangan sang pemimpin. Ketika mungkin saat ini kita berada di suatu posisi, misalnya saya berada sebagai pengurus pemuda, maka saya menjadi salah satu perpanjangan tangan dari pembina saya, yang merupakan perpanjangan tangan dari majelis, yang merupakan perpanjangan tangan dari Tuhan untuk mengelola gerejaNya. Jadi sebenarnya struktur organisasi dalam sebuah gereja bukan merupakan hal sepele, karena induk dari semuanya itu adalah Tuhan, Allah sebagai kepala gerejaNya. Struktur organisasi dalam gereja tidak hanya sekedar tingkatan hierarki kekuasaan, namun lebih dari itu sebenarnya setiap bagian merupakan alat untuk mempermudah pekerjaan seseorang yang ada di atasnya, yang ujungnya di puncak adalah Tuhan.
Ketika saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melakukan pelayanan, bahkan masuk dalam sebuah struktur organisasi sebagai alatNya, maka saya tidak sekedar tunduk kepada atasan saya, mungkin pembimbing, hamba Tuhan, atau majelis, namun terlebih adalah Tuhan yang adalah puncak dari struktur tersebut. Saya tidak akan menganggap sepele kedudukan saya, bukan karena di tingkat mana saya berada, apakah ketua, pembina, pengurus, atau penyambutan, bahkan ketika saya diberi hati untuk membersihkan gereja, itu semua sebagai perpanjangan tangan Tuhan, untuk menyatakan karyaNya di bumi ini. Saya hadir dalam sebuah struktur seharusnya untuk mempermudah kinerja dari tim tersebut, dalam hal ini adalah Tuhan, saya seharusnya bukan sebagai penghalang dan penghambat, kehadiran saya harus mempermudah kinerja. Seperti kita lihat yang terjadi misalnya dalam sebuah perusahaan raksasa, misalnya perusahaan otomotif di mana mereka berpusat di Jepang, memiliki daerah pemasaran di seluruh dunia, mereka memiliki tim hebat yang bisa mengimplementasikan kehendak pemimpin perusahaan itu di seluruh bagian perusahaannya. Kita adalah bagian dari tim itu, kita bertanggung jawab untuk menjadi tim yang hebat yang mampu mengimplementasikan kehendak Tuhan di bumi ini.
Tuhan adalah pribadi teragung, termulia, dan pasti timnyapun profesional, dan seharusnya layak disebut tim terbaik di dunia.
-Apolos Anggara Sindhunata-