Keluaran 6:1-12
Latar belakang pengutusan Musa bagi orang Israel bukan hanya atas janji Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub di mana Allah akan memberikan tanah Kanaan yang telah mereka tinggali selama ini sebagai orang asing kepada mereka, namun juga Allah mendengar erangan orang Israel di tanah Mesir. Maka dari janji itu, Allah mengutus Musa untuk mengkomunikasikan kehendakNya kepada bangsa Israel, Musa diperintahkan untuk kepada bangsa Israel bahwa Tuhan Allah akan membebaskan mereka dari kerja paksa dan menebus mereka dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman berat, dan Allah akan membawa mereka ke negeri yang telah dijanjikan kepada nenek moyang mereka. Ketika Musa menyampaikannya, tanggapan orang Israel mengecewakan, mereka tidak mendengarkan Musa karena putus asa dan karena perbudakan yang berat. Lalu Allah memerintahkan Musa untuk menghadap Firaun, raja Mesir, dan mengatakan bahwa ia harus membiarkan orang Israel keluar dari negerinya. Tetapi Musa berkata bahwa ia gentar, orang Israel saja tidak mendengarkannya, apalagi Firaun, dan Musa mengakui kelemahannya, di mana ia seorang yang tidak petah lidahnya.
Dalam perikop ini diceritakan tentang kehendak Tuhan yang luar biasa atas Israel, mulai dari ketika Ia menyatakan diri kepada Israel, lalu ketika Allah akan menggenapi janjiNya terhadap nenek moyang bangsa Israel, hingga ketika Allah hendak membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Allah membutuhkan seorang alat yang menjadi perpanjangan tangannya untuk menyatakan kehendakNya. Musalah yang dipilih Allah, seorang yang telah dirancang Tuhan dari usia muda dengan berbagai kemampuan, ditempa dan diajar dalam lingkungan istana Mesir, Allah memperlengkapi Musa dengan modal yang banyak. Allah memakaiNya untuk hal yang besar, yang sangat berpengaruh terhadap banyak orang. Namun ketika Musa melakukan tugasnya, ia mengalami kesulitan, orang Israel tidak mendengarkannya karena mereka sudah putus asa atas perbudakan yang menimpa mereka. Setelah itu Allah mengutus Musa untuk berbicara kepada Firaun, namun Musa berkata bahwa ia bukanlah orang yang dapat berkomunikasi dan pandai berkata-kata, dan kemudian Allahlah kembali yang memperlengkapinya dengan mengirim Harun untuk membantunya berbicara kepada Firaun.
Ketika saya saat ini diberi Tuhan berbagai posisi pelayanan dalam gereja, itu bukan karena hasil usaha, bukan karena kehebatan, bukan karena kepintaran saya, Tuhanlah yang memilih saya untuk diselamatkan, bahkan kemudian dipakaiNya sebagai alat kemuliaanNya. Dalam tim yang Allah bentuk, Allah tidak menyusun tim tersebut dengan orang-orang hebat dan berkemampuan banyak, Allah memilih siapapun, bahkan yang terlemah untuk menjadi bagian dalam tim yang akan menyatakan kuasa Allah di bumi ini. Allahlah yang memilih, memberi kemauan, memberikan kemampuan secara teknis, bahkan ketika saya menyadari hal ini, bukan saya yang pandai dan dengan tingkat kerohanian tinggi sehingga bisa menyadarinya, tetapi Tuhan sendiri yang membangunnya di dalam diri saya. Semua hanya karena anugerahNya, Musa mengakui kelemahan yang dia miliki di hadapan Tuhan, dan Tuhan menyediakan penolong. Ketika Tuhan memberikan suatu perkara bagi kita, maka Ia juga yang akan memberikan kemampuan dan pertolongan sehingga kita bisa mengerjakan perkara itu dengan baik.
Jika aku dapat, itu anugerahNya, jika aku bisa, itu anugerahNya, semua karena anugerahNya.
-Apolos Anggara Sindhunata-
Latar belakang pengutusan Musa bagi orang Israel bukan hanya atas janji Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub di mana Allah akan memberikan tanah Kanaan yang telah mereka tinggali selama ini sebagai orang asing kepada mereka, namun juga Allah mendengar erangan orang Israel di tanah Mesir. Maka dari janji itu, Allah mengutus Musa untuk mengkomunikasikan kehendakNya kepada bangsa Israel, Musa diperintahkan untuk kepada bangsa Israel bahwa Tuhan Allah akan membebaskan mereka dari kerja paksa dan menebus mereka dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman berat, dan Allah akan membawa mereka ke negeri yang telah dijanjikan kepada nenek moyang mereka. Ketika Musa menyampaikannya, tanggapan orang Israel mengecewakan, mereka tidak mendengarkan Musa karena putus asa dan karena perbudakan yang berat. Lalu Allah memerintahkan Musa untuk menghadap Firaun, raja Mesir, dan mengatakan bahwa ia harus membiarkan orang Israel keluar dari negerinya. Tetapi Musa berkata bahwa ia gentar, orang Israel saja tidak mendengarkannya, apalagi Firaun, dan Musa mengakui kelemahannya, di mana ia seorang yang tidak petah lidahnya.
Dalam perikop ini diceritakan tentang kehendak Tuhan yang luar biasa atas Israel, mulai dari ketika Ia menyatakan diri kepada Israel, lalu ketika Allah akan menggenapi janjiNya terhadap nenek moyang bangsa Israel, hingga ketika Allah hendak membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Allah membutuhkan seorang alat yang menjadi perpanjangan tangannya untuk menyatakan kehendakNya. Musalah yang dipilih Allah, seorang yang telah dirancang Tuhan dari usia muda dengan berbagai kemampuan, ditempa dan diajar dalam lingkungan istana Mesir, Allah memperlengkapi Musa dengan modal yang banyak. Allah memakaiNya untuk hal yang besar, yang sangat berpengaruh terhadap banyak orang. Namun ketika Musa melakukan tugasnya, ia mengalami kesulitan, orang Israel tidak mendengarkannya karena mereka sudah putus asa atas perbudakan yang menimpa mereka. Setelah itu Allah mengutus Musa untuk berbicara kepada Firaun, namun Musa berkata bahwa ia bukanlah orang yang dapat berkomunikasi dan pandai berkata-kata, dan kemudian Allahlah kembali yang memperlengkapinya dengan mengirim Harun untuk membantunya berbicara kepada Firaun.
Ketika saya saat ini diberi Tuhan berbagai posisi pelayanan dalam gereja, itu bukan karena hasil usaha, bukan karena kehebatan, bukan karena kepintaran saya, Tuhanlah yang memilih saya untuk diselamatkan, bahkan kemudian dipakaiNya sebagai alat kemuliaanNya. Dalam tim yang Allah bentuk, Allah tidak menyusun tim tersebut dengan orang-orang hebat dan berkemampuan banyak, Allah memilih siapapun, bahkan yang terlemah untuk menjadi bagian dalam tim yang akan menyatakan kuasa Allah di bumi ini. Allahlah yang memilih, memberi kemauan, memberikan kemampuan secara teknis, bahkan ketika saya menyadari hal ini, bukan saya yang pandai dan dengan tingkat kerohanian tinggi sehingga bisa menyadarinya, tetapi Tuhan sendiri yang membangunnya di dalam diri saya. Semua hanya karena anugerahNya, Musa mengakui kelemahan yang dia miliki di hadapan Tuhan, dan Tuhan menyediakan penolong. Ketika Tuhan memberikan suatu perkara bagi kita, maka Ia juga yang akan memberikan kemampuan dan pertolongan sehingga kita bisa mengerjakan perkara itu dengan baik.
Jika aku dapat, itu anugerahNya, jika aku bisa, itu anugerahNya, semua karena anugerahNya.
-Apolos Anggara Sindhunata-